Caving

Senin, 27 September 2010

EKONOMI ISLAM SEBAGAI SOLUSI KRISIS EKONOMI


A.     Pendahuluan
Diera globalisasi sekarang ini, persaingan khususnya dibidang ekonomi semakin ketat. Banyak orang melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Mereka tidak peduli apakah yang mereka lakukan itu merugikan orang lain atau tidak, yang paling penting bagi mereka adalah mereka senang dengan apa yang didapatkan. Apa lagi ditambah Krisis ekonomi yang menerpa negara adi kuasa Amerika Serikat yang juga telah memberi pengaruh terhadap perekonomian di dunia dan termasuk di dalamnya adalah di Negara Indonesia ini.
Sistem ekonomi kapitalisme jelas tidak bisa diharapkan menjadi solusi. Alih-alih menjadi solusi, buruknya distribusi kekayaan yang selama ini terjadi justru disebabkan oleh kapitalisme. Sistem kapitalisme yang hanya mengandalkan mekanisme pasar sebagai satu-satunya mekanisme distribusi kekayaan telah memunculkan sekelompok kecil orang yang menguasai sebagian besar aset ekonomi.

B.     Permasalahan
Melihat amburadulnya sistem ekonomi kapitalisme yang berjalan selama ini dan memperhatikan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, maka akan timbul permaslaahan di dalam benak kita, yaitu “Apakah yang ditawarkan Islam dalam memecahkan permasalahan carut marutnya sistem ekonomi selama ini?”






C.     Pembahasan
Di dunia ini terdapat konsep-konsep ekonomi yang berjalan, diantaranya adalah :
1.      Ekonomi Kapitalisme
Sistem ekonomi kapitalis cenderung dipengaruhi semangat mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan sumber daya yang terbatas. Sistem kapitalis juga mengakui kebebasan manusia tidak bisa bebas lepas tetapi kebebasan manusia terbatas yang dibatasi kebebasan orang lain. Karena kebebasan inilah yang menyebabkan dalam sistem ekonomi kapitalis terdapat tingginya persaingan di antara sesamanya dalam rangka supaya tidak tersingkir dari pasar, bahkan kadangkala manusia melakukan hal yang tidak dibenarkan baik itu norma agama maupun norma sosial.
a.       Kelebihan Sistem Ekonomi Kapitalis
1)      Kebebasan
Para pendukung sistem ekonomi kapitalis menyatakan bahwa kebebasan ekonomi sangat bermanfaat untuk masyarakat dan kebebasan dirasa akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, karena masyarakat akan berpikir kreatif dalam mengelola sumber daya yang ada.
2)      Meningkatkan Produksi
Prinsip dasar tentang penghargaan kebebasan kapitalis lebih dikarenakan dengan kebebasan manusia akan lebih memberikan nilai tambah dalam produksi. Dan dalam kapasitasnya sebagai konsumen yang bertindak secara rasional dan memaksimalkan nilai guna dengan membeli barang-barang dan jasa pada tingkat paling rendah yang menempati prioritas tertinggi bagi mereka, sehingga hal ini akan mendorong produsen untuk terus berproduksi.
3)      Profit Motif.
Keuntungan merupakan faktor yang tidak dapat lepas dari keberlangsungan suatu usaha. Motif inilah yang membangun kehidupan kapitalis dinamis.
b.      Kelemahan Sistem Ekonomi Kapitalis
1)      Ketidakmerataan dan Mengesampingkan Kesejahteraan Umum
Persaingan bebas tidak hanya dapat berdampak baik bagi manusia, diantara dampak buruknya adalah manusia cenderung memikirkan diri sendiri tanpa melihat sekitar, atau dalam istilahnya adalah yang berkecukupan tidak peduli dengan yang bisa dikatakan kekurangan yang pada akhirnya akan terjadi kesenggangan antara si kaya dan si miskin.
2)      Materialistis dan Maksimasi Profit
Karena merasa memiliki modal dan terkesan memanfaatkan kebebasan dalam sistem ini para pemilik modal akan memanfaatkan modalnya dengan berbagai cara untuk menambah kekayaannya tanpa ada perasaan akan keadaan sekitarnya.
3)      Krisis Moral
Nilai-nilai sosial seperti kerja sama, saling membantu, dan segala sesuatu yang bersifat sosial kurang mendapatkan tempat dalam sistem ini, kalupun ada itu semua bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Oleh karena itu sistem kapitalis akan menjerumuskan manusia pada sikap yang mempermaklumkan keadaan, segala sesuatu dianggap sebagai fenomena kehidupan yang tidak terelakkan.[1]
2.      Sistem Ekonomi Sosialisme
Sistem ekonomi sosialis mempunyai tujuan kemakmuran bersama[2] atau menyamaratakan potensi manusia yang jelas berbeda karena perbedaan ini yang menyebabkan terjadinya kesinambungan kehidupan.
a.       Kelebihan Sistem Ekonomi Sosialis
1)      Disediakannya Kebutuhan Pokok
Karena negara merasa memiliki sepenuhnya atas rakyat, maka negara memberikan segala fasilitas bagi rakyatnya, bagi mereka yang masih mampu bekerja negara memberikan pekerjaan, namun bagi mereka yang sudah tua dan cacat sehingga tidak mampu bekerja negara menanggung kehidupannya.
2)      Didasarkan pada Perencanaan Negara
Semua pekerjaan direncanakan yang sempurna oleh negara baik dalam produksi maupun penggunaannya sehingga masalah kelebihan atau kekurangan produksi tidak akan terjadi seperti pada sistem kapitalis.
3)      Produksi Dikelola Negara
Semua bentuk produksi dilakukan oleh negara sehingga semua keuntungan dapat dikelola oleh negara dan hasilnya dialokasikan untuk kesejahteraan masyarakat umum, seperti pembangunan sarana umum dan lain-lain.
b.      Kelemahan Sistem Ekonomi Sosialisme
1)      Sulit Melakukan Transaksi dan Membatasi Kebebasan
Tawar menawar sangat sulit dilakukan oleh individu yang terpaksa mengorbankan kebebasan pribadinya dan hak harta milik pribadinya hanya untuk mendapatkan makanan. Semua jenis produksi dikelola oleh negara sehingga transaksi yang dilakukan dianggap sebagai pelanggaran hukum sehingga masyarakat tidak akan bisa mementingkan diri dan golongannya.
2)      Mengabaikan Pendidikan Moral
Dengan semua diatur dan dikelola bahkan kehidupan rakyatnya pun ditanggung oleh negara,[3] hal ini tentu mengajarkan manusia untuk bermalas-malasan, rakyat akan berfikir “Untuk apa saya kerja, toh sudah ada yang menanggung kehidupan saya”.
3.      Ekonomi Islam
Ditengah kondisi perekonomian yang bisa dikatakan serba salah Islam mencoba menawarkan konsep lama yang sudah hampir terlupakan, yaitu konsep Ekonomi Islam.
Ekonomi Islam memadukan kedua konsep yang ada (kapitalis dan sosialis). Sebagai ilmu sosial yang mempelajari masalah ekonomi, Ekonomi Islam mengajarkan manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk hidupnya namun Islam tidak semerta-merta mengajarkan manusia untuk melakukan segala sesuatu untuk hal tersebut karena Islam memberi ketentuan dan batasan sebagai ilmu sosial yang memperhatikan kepentingan umat secara umum dan tidak memihak pada segelintir orang. Sebagaimana firman Allah dalam QS adz-Dzariyat ayat 19 :
þÎûur öNÎgÏ9ºuqøBr& A,ym È@ͬ!$¡¡=Ïj9 ÏQrãóspRùQ$#ur ÇÊÒÈ  
Artinya :   ”Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”[4]
Dengan contoh sistem kecil di atas Islam mengajarkan untuk menghindari kesenjangan baik antara si kaya dan si miskin dalam melakukan kegiatan ekonomi. Hal ini tentu berbeda dengan sistem ekonomi kapitalime yang berakibat kesenjangan antara pemilik modal dan buruh, serta atara si kaya dan si miskin.[5]
Namun dalam Islam tidak serta merta memberikan segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia, sebagaimana firman Allah dalam surat al Jumu’ah ayat 10:
#sŒÎ*sù ÏMuŠÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãÏ±tFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.øŒ$#ur ©!$# #ZŽÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè? ÇÊÉÈ  
Artinya :   ”Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”[6]
Dari ayat di atas Allah memerintahkan manusia untuk berkerja mencari karunia-Nya dan selalu untuk mengingat-Nya agar selalu mendapat bimbingan-Nya.
Adapun Dasar-dasar yang dijadikan sebagai landasan dalam Ekonomi Islam adalah :
1)      Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang baik di dunia dan di akhirat, tercapainya kepuasan yang optimal dalam berbagai kebutuhan baik jasmani maupun rohani secara seimbang, baik perorangan maupun masyarakat. Dan untuk itu alat pemuas dicapai secara optimal dengan pengorbanan tanpa pemborosan.
2)      Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula.
3)      Dilarang menimbun harta benda dan menjadikannya terlentar tanpa memikirkan keadaan masyarakat sekitarnya.
4)      Terdapat hak milik orang lain dalam harta yang dimiliki.
5)      Pada batas tertentu, hak milik relatif tersebut dikenakan zakat.
6)      Perniagaan diperkenankan, akan tetapi riba dilarang.
7)      Tiada perbedaan suku dan keturunan dalam bekerja sama dan yang menjadi ukuran perbedaan adalah prestasi kerja.
Namun Ekonomi Islam tidak berjalan mulus begitu saja, terdapat beberapa hambatan yang menjadi batu dalam perjalanannya, diantaranya adalah :
1)      Dominasi literatur ekonomi konvensional
2)      Anggapan praktek ekonomi konvensional lebih dahulu dikenal
3)      Pengetahuan sejarah pemikiran Ekonomi Islam kurang.





D.    Kesimpulan
Islam sebagai agama yang universal menawarkan konsep Ekonomi Islam yang berikap adil terhadap pelaku ekonomi dan cenderung tidak berpihak pada salah satu pihak, sosial dan tidak berlebih-lebihan yang semua itu diatur dalam al-Qur’an dan Hadits sehingga Ekonomi Islam dapat menjadi solusi bagi manusia yang selalu merasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

E.     Penutup
Demikian malakah yang dapat penulis paparkan. Penulis sadar sedalam-dalamnya bahwa makalah yang berjudul “Ekonomi Islam Sebagai Solusi Krisis Ekonomi”, ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan keterbatasan dan sangat dangkalnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya sebagai penutup penulis mohon maaf, atas segala kekurangan dan kesalahan serta peneliti berdo’a semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya bagi diri penulis sendiri dan umumnya bagi semua pihak yang benar-benar membutuhkannya. Amien Ya Rabbal ‘Alamien.

F.      Referensi
Al-Qur’an, Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Jaya Sakti Surabaya, 1989
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam (Suatu Pengantar), Ekonisia, Yogyakarta, 2002



[1]Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam (Suatu Pengantar), Ekonisia, Yogyakarta, 2002, hlm. 79-86.
[2]Ibid, hlm. 79-86.
[3]Ibid, hlm. 86-92.
[4]Al-Qur’an, Surat adz-Dzariyat Ayat 19, Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Jaya Sakti Surabaya, 1989, hlm. 859.
[6]Al-Qur’an, Surat al-Jumuah Ayat 10, Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Jaya Sakti Surabaya, 1989, hlm. 933.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar